Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Ranting Dalam Kembara

I/
Kau dulang di wajah purnama
gelombang airmata menjerangi lautan
menampar-nampar karang angin menunggang
keram dayuh mengelam, lelehmu mangaram

II/
Kayuh geladak berperahu kertas
sambil mereguk bercangkir-cangkir kenang
:kegetiran berampas gulana
menantikan tanak tungku-tungku kembara
menuju kerimbunan sunyi di bibir pantai
berjuntai gerimis yang bercatra

III/
Masih larut kau pinang sepi
belum purna musim tergugah mimpi
di dinding-dinding malam menggores kata
di tebing-tebing gemunung mengiris lara
di telaga ngarai ranting duduk tercenung
merajah berlaksa rindu dendam

IV/
Di netramu hening
lebih setia dari fajar
lebih paham dari airmata
memapah waktu, meski telanjang gemetar
ketika perlahan senja melepaskan kondenya

1 komentar:

  1. 'Di netramu hening
    lebih setia dari fajar
    lebih paham dari airmata'
    ------------------------------
    kubaca berulang,
    salam...!

    BalasHapus