Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Purnama January

Diretinamu
bercucur bulir-bulir mendung
dari gelombang laut
yang memilin gugusan rindu
meraba-raba tepian teduh
untuk membenamkan rasa
dibingkai jelaga
tempat kita berpagut manja

Dipurnama bertandang penuh, kini
tandakan kecupan panjang
pada wajah musim berlalu
meski sukma berkalung airmata
lewati prahara
namun belum purna kita punguti samsara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar