Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Kemarin

*Rin

Kelebat rintipan musim pada malam kian tandas
mengeja kenang di atas tanah melintas
tempat memandangi gugus gemintang
ketika keheningan dari balik rimbun akasia
menuntun tubuh saling berpagut ke teras fajar
hingga surya mengusung lembaran samsara
yang melukiskan sketsa ishtar
dengan secanting lilin dipalungnya
kita bingkai dari kesederhanaan kata
:kemarin dalam jaga
Adakah kau masih mengingatnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar