Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Anak Kebebasan

Anak sulung kebebasan gigil dibalik pintu
jalanan jadi ranjang menunai mimpi
dengan jantung berkeringat
dan suara menderum gelegar, getir
:tanah memaku dinding-dinding tua purbani

Kawanan rubah memiliki lubang
burung-burung bersarang dinabastala
tapi putra manusia tak punya tempat
untuk sandarkan nyanyian heningnya

Penghuni jumantara bersembunyi
dari balik selubung
dan mendung tebal menenggelamkan
hanya ulurkan suara-suara yang berlompatan
bersama busa dan racun kengerian

Anak kebebasan berjalan sendirian
selemah benang tipis laba-laba
dan ketakutan
dilembah-lembah hantu kematian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar