Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Bias Sukma

Pada tangkaimu menari di bayu, kini
mengibaskan rimbun yang sepucat abu
mendaki kembali cekungan mata yang menghitam
bermain bias pesona aksara lazuardi
:rona kenangan
pada tonjolan tulang pipi mengeriput
dalam bingkai sukma

Lalu ujarku kembali dari sisa keheningan;
Aku mengasihi gerimis
bukan dengan mengundang badai
meski halimun sebagai pertanda
akupun mencintai hujan
bukan menggenanginya dengan duka
meski ladangmu menjadi basah
aku mengeja makna adanya
memintal noktah kabutnya dari malam kelam

Maka dengan diamku di batas pengertian
memandang gejolak akhir panggungmu
hilir mudik dari huru-hara bahasa kata
hanya dengan diam
memandang raut terselubung
hingga zirah kau lepaskan
dari bibir merahimi bisu aksara
:untukmu hujan

1 komentar:

  1. Tarian hujan membuat jiwaku teredam dalam gelisah yang berkepanjangan..
    tak ingin kumenampik tapi hati tlah lelah..
    semua karena HUJAN..

    Nice sob..i like it..:)

    BalasHapus