Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Senjakala Mendengkur

Rerumput di atas perahu
menarik sauh pada hulu
merayap hilir ke gugus gemintang
dengan sepotong roti dan seloki anggur
sambil mendulang tetes-tetes embun sejati

Akan ada yang datang
di pasang dan surutnya pemberhentian
lalu pergi meninggalkan aroma bayang

Katakan sesiapa tak pernah tersesat
menghitung cabikan di kaki senja
tenggelam beku di rindang malam
antara gempita lintas samsara
lantas menualangi candu keheningan
dan mengurai-urai lumbung aksara
:ranting gemeretak, terbawa angin
dan aku di dalamnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar