Rasakanlah pada udara yang mengeras, sayang
ketika angin mengarak mendung dari pintu langit
menggarami laut di dada kita
meratam ketam air mata
terkuras dalam lembah-lembah ngarai
Rasakanlah pada lembabnya udara, sayang
ketika hujannya menggenangi ladang-ladang
jalanan setapak berlumut, di sana-sini
membuat waktu yang tertumpuk rindu
sering gelincirkan rerantingan
tepat ke ujung belati ragu
yang tajamnya lebih panas dari matahari
Rasakanlah pada udara yang lepas, sayang
ketika Tuhan mencukupkan kelamnya kegetiran
pada sepasang merpati terbuang dari nirwana
mengukur jengkal tanah dengan luka
pada kita yang akan mengusir hantu-hantu
sepanjang arsiran watu
Rasakanlah pada udara dingin, sayang
ketika kutanamkan kecupan terdalam
pada dua kelopak matamu yang mengulum hening
menciptakan lega ke pintu fajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar