Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Pemulung Malam

Hujan merangkul malam tak bersekat
angin kental berjingkat
debu-debu berdenyar gagap
sepanjang jalan purbani pengap

Ku temui hasrat
bangun diantara mayat-mayat
berlarian telanjang bulat
dalam kotak otak arena
:tanah babad

Luka-luka hambur mengangkang
dari lendir selangkangan
dari dengus nafas keserakahan
dari ketuhanan yang menuntut hak
dari luka pertiwi yang tengah dirajam
"Kenapa tak ludahi saja perbudakan?!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar