tia-tiap tahun pikiran renungan
dan kenangan saling berdesak dalam jiwa
yang berjalan mengitari matahari dalam hitungan
namun tak pernah tahu berapa kali sudah purnama gugur
mewujud hantu-hantu malam yang telah lama mati
bangun dan berdiri tegak dalam iring-iringan hari yang lewat
lalu berpencar bersama angin musim
tergulung gemawan yang tersesat pada senjakala
mengecil dan menjadi redup di labirin hati
:nyanyian arus di lembah ngarai yang sunyi dan jauh
Pada hari ini
tia-tiap tahun pikiran renungan
dan kenangan itu memberontak di hadapanku
sebuah cermin buram dan pucat pasi
dengan roman wajah berkerut dari gairah harapan
Kesedihan bisu yang lebih manis daripada kebahagiaan
yang berbisik lirih:
Penderitaan yang bertumpuk-tumpuk
adalah rasa sakit yang teramat nyeri
namun kesabaran takkan membutakan diri sendiri
demi meneruskan rasa sakit
Lantas kutoreh pada kalbu
dengan kata harap yang sederhana
sebab kau bersemadi seraya tetap menguasai kedamaian
sambil tetap merasai kegetiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar