Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Pujangga Belia

Warna-warna pelangi bertitian
bertandak kidung-kidung suka cita
di arak-arakan gemawan
melayang-layang di padang-padang luas
segala benda serupa kuil suci
di langitmu menjadi keramat
:tunduk dalam damai

Angin sepoi mimpi-mimpi sang juara
dari kelokan aliran sungai yang berlompatan
Ketika musim silih berganti
pepuisi memahat daun-daun lontar
mengapung lembut di dahi alurnya
bermuara ke samudera hening bening
dan kala kemanisan menemu penyakit
antara daging dan tulang
hanya pada masa terlewatkan
rasa sakit memberi kekayaan
dan penderitaan membawa pengetahuan

Keagungan langit yang mengunjungi belia
dengan dahaga serta lapar melindungi cinta
karunia berharga kenikmatan surgawi
:kehangatan ciuman dariNYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar