Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Dari Maktabmu

(Kepada yang telah memberi pendidikan pengetahuan padaku, mereka, dan anak-anak negeri)


Kapur-kapur di tanganmu, guru
adalah taburan suka duka cita
mengisi ke dada-dada kecil, kami
yang datang dengan kepolosan
membukakan lembaran-lembaran cakrawala
agar paham arti berbagi

Tutur di bibirmu, guru
adalah taburan kebijaksanaan
mengisi ke jiwa-jiwa kecil, kami
yang datang dengan keluguan
menjadi pilar-pilar kehidupan
agar pandai menopang keadilan

Segala dilakumu, guru
adalah jejak-jejak pengetahuan
mengisi ke kehidupan benih-benih pintu peradaban
yang lahir dari rahim-rahim maktab, kami
mengaliri sungai-sungai jaman

Dan teruntukmu, guru
para pengharum nama bangsa
tanpa tanda jasa
adalah mata tinta di tiap samsara
dari lautan Sang Maha





Tidak ada komentar:

Posting Komentar