Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Jisim-Jisim ( ii )

Jisim-jisim laksana pohon perkasa
berakar dalam menghujam sari manis bumi
berdahan reranting
menggapai keharuman wangi dari langit tinggi
berkembang seri di musim semi
berbuah ruah di musim panas
jadikan bekal di musim gugur
bagi para pejalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar