Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Lesi Dawai Hati

Ruang angkasa sedang tak mendengarmu
sebab suasana sarat jerit dan keluh
tiada suara kidung masih termuat
bayang-bayang mimpi bangkit dari kematian
pun tak sudi mengindah bisikan rahasiamu
iring-iring kegelapan tak sudi berhenti
di hadapan mimpi-mimpi

Sabarlah!
sebab amuk badai sedang tenggelamkan suaramu
gua-gua di lembah ngarai tak kuasa
pantulkan getar tali kecapi yang kau bunyikan
dengan waktu berjalan seperti hantu di lembah dan gua
melawan kesedihan dan duka lara
kala kunci-kunci penutup rahasia pikiran
patah oleh perasaan kian kacau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar