Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Di Tiap Kilasan Senja

Saban petang
di puting senja lebam yang menyusui pengharapan
kita pernah saling berpagut dalam tangis keharuan
yang lindap di kediaman hening tertahan
entahpun angin telah menikahi kembaramu
menyelipkan banyak birahi di rimbun ilalang
namun kegadisan batin tak akan terjamah
segala rahasia antara ceruk netramu
yang lama tertumpah di dadaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar