Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Dalam Bercangkir Kopi

Bercangkir-cangkir kopi tereguk
kugiling dalam perjalanan kantuk
terantuk wujud-wujud setengah bentuk

Di rebah ranjang yang haru biru
ceracau igau berjumpalitan
tentang kekunang cemburu mencuri mimpi
tentang cawan-cawan rindu tergilas masa pergi
tentang keberdayaan terbakar membakar hari-hari
tentang segala yang berenang-renang di genangan kopi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar