Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Tersungkur Diam

Sekelilingku dalam diam
kata-kata di maktab layu
menyiangi tirusnya kemarau
luruh di batu menghitam
liang yang menjelagai waktu

Tersungkurku dalam diam
sebab laut di dadamu bias
oleh ombak tak bermusabab
lantas pecah menyerpih
terhisap matahari garang
lalu jatuh menghujam tubuhku
masih berpayung airmatamu

Biarku dalam diam
mengeja rela kelembutan yang legam
dengan jantung berdarah
bersama udara yang menua
menyisiri, anginpun mati

(Kesekian kali kau tusuk aku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar