Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Di Tuturmu

:Rin

Senja gemetar di ujung dahan
mengalungkan gerimis membatu

Dari bibirmu angin timur tandang
simponikan lirih memilin braga
dengan kata membius sukma
serupa canabis
dudukkan aku pada perahu malam
sambil menjala tanya
hingga kau biaskan ke tepian fajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar