Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Seperti Kita (Yang Pernah Mati)

Bagai bocah bertelanjang dada memanja hujan
berebut mainan putik-putik bunga matahari
sebelum tanda mendung menggelegar badai
:biaskan titian sinar pelangi impian
dengan menyihir candu-candu di tangan

Bicaralah
dan tertawalah semaunya
atau setidaknya marah
saat kuajak kamu ke awan hitam
bubuhi bintang jadikan hiasan legam

Seperti cinta yang tak perlu mimpi-mimpi
seperti janji yang tak butuh berlaksa kata
seperti api yang tak padam oleh air
seperti apa sajalah
ketika sakit hilang puaskan dahaga keinginan
seperti kita yang pernah mati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar