Rin,
Masihkah ingat pada tapal senja yang lirih
ketika kita memecah tembok-tembok pengertian
mengiris airmata dan keringat dalam kecupan dikening
serta menanaknya dengan ikatan batin terdalam
Masihkah ada gugur dedaunan menghitung jejak waktu
ketika senyummu menyeka pundakku dari cambukan matahari
ketika wangi tubuhmu menunggu pulangku dari mendulang hari
ketika malam-malam kita genangi dengan aroma gelora kasih
lalu memanja pada gemintang yang tak lelah mengintip
dan semburat purnama mendulang gairah pada jiwa
Lihatlah, rin
Bukankah kita telah membaca ikrar dengan berlaksa aksara hati
meski tepar arungi gemunung serta lembah-lembah
:membelah langit dan samudera
menampar-nampar wajah waktu tetap sadar
memastikan sauh biduk tak sia berlalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar