Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Dari Langit Yang Menjadikanku Hujan

Memandang dengan tatapan ganjil
pada jejak kisah mencari wujud mimpi
dahaga dengan secawan anggur
menelan duka berlaksa noktah

Geliat rahim aksara penuh hasrat
ketika gagak mematuk gemintang
gigil bersama musim gerhana berkabut

Wahai, rindu yang kemana
di pematang kutitip berlaksa kata
agar angin mengirisnya di ujung purnama
hingga jua ia rasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar