Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Aku, Kau Dan Mereka

Sering aku terpasung asing
di antara desak jamuan jaman
yang mabuk beradu gaduh kemanisan

Aku
kau
dan mereka
mimpi-mimpi
lintas hamburan dari pintu-pintu langit
nuju ranjang bumi yang sebentuk entah
saat nama-nama menjadi bisu
digores batu yang tinggal makna
saat kaki-kaki pulang
halau kelopak-kelopak kemboja
yang usai di garis tangan

Sisalah rerindu gugur terbawa musim
jadi ingatan di mata dan hati
menunggu
:tiba akan masaku nanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar