Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Ranting Patah


Tergulung sauhmu nuju seberang melambai pantai
merajang laut yang kita bekam
:suka-duka cita

Hempaskan layar di ranting, aku
berlaksa gelombang
mengambang tiang sakral hendak terajut
kusut
meski telah kusimpul aral
ketika cemburu kekunang mencuri mimpi-mimpi

Namun kaulubangi dada
menujah berkali dan lagi
hingga mengalirlah
jauh; tak akan pernah kembali lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar