Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Ketika Tergores

Mendadak
detak nafas diburu detik tertinggal
dalam ruang almanak
yang ringkih pada batas pengertian
memburai simpul
ketika purnama belum purna merapat
seakan lambailah pantai pada hasrat-hasrat

Sepuhlah getir yang singgah
lagi meski kembali
biar berkala laksa duka menguap
mengangkasa
dari palung netra
kembali ke cerlang raut kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar