Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Kupuisikan Kau


Tak perlu kau urai
serpih jejak-jejak yang retak
setubuhi mimpi panjang airmata
merupa tadah telaga maha rindu
yang belum purna jadi perantaranya

Mengalirlah malam
jangan dipertanya batasnya sunyi
kupuisikan pengantin jiwa
dengan hati telanjang
serupa palung paling hening
menggapura di merahnya fajar

Hanya Ingin Kau tahu


@ : Rina

Aku dan kau tahu
di balik derita akan mendulang bahagia
sebab ku tahu
telah kita warisi padang-padang dari para moyang
sejak terhukum turun ke bumi
dengan berlaksa warna suka duka citanya
agar kau tahu
juga tak sebatas kata-kata
yang melesat-lesat dalam ingatan
keihklasan yang kuberikan



Ramadhan Di Taman-Taman


Ada suka cita
di pematang batu-batu taman
menunggu tetabur
berlaksa embun dahaga
gulir dari rindang tengadah
para handai taulan
bekal penghuni tanah-tanah merah
nuju perjalanan kembali
ke pintu-pintu keabadian