Aku sering tersenyum dalam diri, yang bahkan jauh tersimpan di bilik jisim buruk ini. Tersenyum dengan segala getir kodrat, dan tak seorangpun mungkin tahu betapa ironi menjalani hidup. Aku tersenyum, seakan aku tercipta bukan untuk berbuat lain, selain tersenyum. Namun ‘Maaf’ merupakan kata jitu yang mampu luluh lantakkan, bahkan lukai rasa, memaksa bungkukkan kepala dengan malu dan kagum di depan ruh mulia yang merendahkan diri, dan memohon ampunan dari masa lalu yang pahit dan menggetirkan (Elang Senja)

Selalu Saja


Selalu begini
saat runcing kaki-kaki hujan memahat tanah
genangnya luberkan gelegar terpendam
bingar lapar yang tertahan dalam-dalam
:menyicil bulan mekar bersandar, ke dermaga suar

Selalu begitu
lindap diam-diam tanpa kalam
lampaui makna palung paham
akan luka pada cita
akan getir yang bermadu sotya

Ah, selalu saja
ketika disergap sendu
ke dalam sedalam-dalamnya rindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar